Kamis, 10 November 2016

Kebusukan Pendukung OPM di Luar Negeri

Selandia Baru merupakan negara makmur, penduduknya tertib, dan lingkunganya sangat bersih. Negara ini cukup terbuka bagi warga pendatang untuk menambah ilmu, berbisnis, dan membeli properti atau mendirikan rumah tinggal, termasuk memiliki mobil mewah untuk kebutuhan sehari-hari atau sekedar dipajang di depan rumah.
Selandia Baru
Ketika melakukan kunjungan ke negara ini, sering ditemui sejumlah mahasiswa Indonesia yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, termasuk dari Provinsi Papua dan Papua Barat. Bahkan, pernah juga bertemu dengan Socrates Sofyan Yoman dalam acara konferensi tahunan “Te Huinga Tauira o Te Mana Ākonga”  selama 3 hari (25 s.d 28 Agustus 2016) yang diselenggarakan oleh Ngāi Tauira, Asosiasi Mahasiswa Māori ‘di Victoria University of Wellington.

Saat menghadiri acara tersebut, Socrates Sofyan Yoman ternyata punya rumah dan mobil, bahkan dirinya punya speed boat yang di parkir disamping rumahnya di Wellington. Yang menjadi pertanyaan adalah dari mana asal uang yang didapatkannya untuk membeli semua kekayaannya tersebut, secara Socrates tidak memiliki pekerjaan di Selandia Baru. 


Menurut cerita dari beberapa mahasiswa Indonesia yang melaksanakan kuliah di Selandia Baru, beberapa kali kesempatan Pendeta Socrates melakukan ceramah-ceramah di Gereja, tetapi yang terasa janggal adalah ceramah yang seharusnya berisi tentang nuansa keagaman berganti topik ke arah politik dan bercerita tentang usaha ULMWP dalam melepaskan Papua dari Indonesia. Selain isi ceramahnya yang menyimpang, selesai ceramah Socrates menarik sumbangan untuk Papua yang entah dana tersebut disalurkan ke mana dan kepada siapa. Berdasarkan keanehan tersebut, banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa dan sumbangan yang telah terkumpul tersebut digunakan oleh pribadi Socrates sendiri dan tidak disalurkan kepada sasaran awalnya.   
Socrates Sofyan Yoman
Kemudian beberapa hari berikutnya setelah konferensi tahunan “Te Huinga Tauira o Te Mana Ākonga” beberapa mahasiswa asal Jogjakarta bertemu dengan warga Indonesia asal Provinsi Papua Barat yaitu Direktur Eksekutif  LP3BH (Lembaga Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan Bantuan Hukum) Manokwari, Yan Christian Warinussy.

Yan Christian Warinussy bercerita ke mahasiswa tersebut jika dia sering ke Wellington karena punya sahabat di sini dan sekaligus menengok rumahnya yang baru selesai direhab. Dia juga bercerita bahwa sejumlah orang Papua memiliki rumah dan mobil di luar Papua bahkan di luar negeri, seperti Benny Wenda di London, Buhtar Tabuni dan Markus Haluk di pinggir pantai Port Vila, Vanuatu, serta Edison Waromi di Port Moresby, PNG. Edison Waromi dan Septer Manufandu sendiri bertetangga dengan seorang politikus PNG.

Dilihat dari beberapa pernyataan di atas timbul tanda tanya besar tentang apa yang tengah dikerjakan oleh orang-orang yang mengaku berjuang merebut Papua dari Indonesia padahal kenyataannya mereka sedang menumpuk kekayaan dan berfoya-foya di luar negeri dengan menggunakan uang yang dikumpulkan oelh para simpatisan mereka di Papua sana. Sungguh sangat ironi dan bodoh sekali kalau sampai rakyat Papua ditipu seperti ini terus.

Sumber : Raimon Saipata (Mahasiswa Wellington Pemerhati Masalah Papua)

7 komentar:

Alex Pakage mengatakan...

menipu rakyat papua hanya untuk kepentingan sendiri

jhon tabuni mengatakan...

ah ko kekayaan dari hasil nipu kah apa

Habel wanimbo mengatakan...

itu uang orang papua kah yang hasil dari menipu rakyat papua

kaisepo mengatakan...

kekayaan hasil korupsi

Albert yoman mengatakan...

Kekayaan hasil menipu kah?

Enumbi mengatakan...

Tipu masyarakat Papua itu kekayaan nya

logo wetipo mengatakan...

kekayaan hasil menipu rakyat