Selasa, 06 Desember 2016

KNPB serang dan bakar Asrama Asmat Perumnas 2 Waena

Asrama Asmat dibakar oleh KNPB
Jayapura – selasa malam (06/12) pukul 19.00 WIT, Simpatisan KNPB yang merupakan gabungan dari mahasiswa Wamena, Biak, Paniai dan Serui mengepung dan membakar Asrama Asmat di Perumnas Waena.
Kejadian ini berawal pada saat pertandingan bola futsal antara mahasiswa Asrama Biak melawan mahasiswa Asrama Asmat pada pukul 16.00 WIT sore harinya. Mahasiswa Sorong mengadakan turnamen futsal Distrik Yabansai yang dilaksanakan di Lap. Futsal CNI Waena. Turnamen ini diikuti oleh seluruh asrama mahasiswa yang berada di Waena dan Abepura. Pertandingan Futsal ini diselenggarakan dalam rangka menyambut hari Natal tahun 2016.
Asrama Asmat dibakar oleh KNPB
Pada pukul 16.00 WIT pertandingan antara Mahasiswa Asmat dan Mahasiswa Biak dimulai selama 20 menit. Pertandiangan berjalan normal dengan hasil skor imbang 2-2 sampai dengan menit ke 13, kemudian pada menit ke 15 asrama Biak mencetak gol dan berhasil mengungguli mahasiswa Asmat dengan skor 3-2. Namun, wasit pertandingan yang berasal dari Uncen meniup peluit panjang tanda pertandiangan berakhir. Merasa tidak terima karena masih tersisa waktu 5 menit lagi dari 20 menit pertandingan yang disepakati, mahasiswa asmat melayangkan protes kepada wasit, namun mahasiswa asrama Biak mengeluarkan kata-kata kasar dan bicara tentang KNPB kemudian terjadi saling menyerang dalam lapangan futsal. Peristiwa saling serang tersebut berhasil dihentikan di lapangan futsal saat itu juga.
Merasa situasi sudah mulai tenang dan terkendali, mahasiswa asmat bergerak kembali menuju asramanya, tetapi seketika mahasiswa asmat tersebut dilempari batu oleh mahasiswa biak dan perkelahian antar keduanya pun tidak terelakkan lagi. Mahasiswa Biak meminta bantuan ke Rusunawa dan dibantu oleh mahasiswa wamena, serui dan paniai yang merupakan rekan sesama simpatisan KNPB kemudian menyerbu ke Asrama Asmat di Perumnas 2 Waena. Pukul 19.00 WIT, terjadi saling serang di depan rumah sakit Dian Harapan. Massa dari gabungan mahasiswa Wamena, Biak dan Serui mengepung dan membakar asrama Asmat.
Masyarakat gunung yang tinggal di rusunawa berhasil diredam oleh pihak kepolisian dan Pos Ramil setempat
Akibat aksi penyerangan dan pembakaran Asrama Asmat oleh simpatisan KNPB gabungan dari mahasiswa wamena, Biak, Serui dan Paniai banyak kerugian yang telah didapat antara lain Asrama Asmat terbakar, lima unit sepeda motor jenis Honda Beat dibakar, Ijasah-ijasah wisuda bulan ini dan semua perlengkapan dibakar, banyak korban luka yang dialami oleh mahasiswa Asmat serta dua anggota mahasiswa asmat, atas nama Cornelius Yapaigaimo (FISIP UNCEN) dan Ignasius Aitoru (UNMEL Mandiri) mulai saat terjadi penyerangan hingga sekarang masih hilang dan no hp juga tidak aktif.
Pasca kejadian, Tokoh pemuda dan senior mahasiswa Asmat atas nama Yanuariung mengatakan bahwa salah satu kasus yang memicu penyerangan ke asrama Asmat adalah dendam mereka kepada mahasiswa Asmat atas kasus pemerkosaan yang dilakukan Yally Wenda, karena mahasiswa Asmat meminta Yalli Wenda (Ketua Senat FISIP Uncen) dipecat dari Uncen, atas kasus percobaan pemerkosaan beberapa waktu lalu terhadap mahasiswi yang berasal dari keluarga Asmat-Merauke. Selain itu banyak dari asrama Asmat yang tidak mau bergabung dengan KNPB.
Tokoh pemuda dan senior mahasiswa Asmat, Yanuariung memberikan penjelasan mengenai alasan KNPB akhirnya membakar Asrama Asmat
“Kami orang Asmat berdiri paling depan memperjuangakan keutuhan NKRI, NKRI harga mati!” tegasnya lantang, “Tidak ada Papua merdeka, Papua kapan merdeka? Kapan kalian merdeka? Saya anak Asmat, kami mempertahankan Negara Republik Indonesia.” Tambahnya menjelaskan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, KNPB adalah organisasi vokal yang menentang pemerintah di Papua. Mereka sering melakukan aksi-aksi ilegal tanpa ijin kepolisian. Dalam setiap aksinya mereka selalu membuat kerusuhan, kemacetan, pemalangan, mengganggu aktivitas masyarakat dan terakhir mereka merusak transportasi umum dan jalan pada aksinya. Mereka sering menuntut penyelesaian masalah HAM di Papua, tapi yang mereka lakukan selama ini justru melanggar HAM itu sendiri, pemerkosaan, perusakan transpotasi umum, membakar asrama, merusak fasilitas umum, merusak barang milik orang lain, penganiayaan, penculikan, mengganggu dan menghentikan aktivitas masyarakat, menyebarkan rasa ketakutan dan tidak aman pada masyarakat.

Sebuah tanda tanya besar bagaimana bisa kata-kata HAM bisa keluar dari mulut-mulut para pelanggar HAM itu sendiri (KNPB). Pemerintah dan pihak kepolisian agar segera menangkap seluruh simpatisan KNPB dan membubarkannya agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman, damai dan tentram di Papua.




Sabtu, 03 Desember 2016


Awali bulan dengan Damai Natal dan bersih Bintang Kejora


Kelompok berseberangan seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selalu menganggap bahwa pada 1 desember merupakan Hari Ulang Tahun Papua Merdeka, Tetapi merupakan tanggal keramat bagi masyarakat Papua.


Pengibaran Bendera Bintang Kejora sebagai salah satu simbol perlawanan dari Papua Merdeka selalu mengotori pada bulan Desember yang penuh kasih dan damai di Papua. Dari tahun ke tahun sebelumnya pengibaran bendera tersebut jarang dilakukan. Aparat keamananpun tidak melakukan pengamanan khusus pada 1 Desember ini.


“Kami tidak melakukan siaga 1. Semua berjalan normal dan masyarakat menjalankan aktivitasnya seperti biasanya,”ungkap Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, Kamis (1/12).


Lembaga Penelitian Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, Papua Barat justru membuat seruan kepada masyarakat Papua untuk tidak mengibarkan Bendera Bintang Kejora pada 1 Desember.

Direktur Eksekutif LP3BH, Yan Christian Warinussy 


Yan Christian Warinussy selaku Direktur Eksekutif LP3BH meminta aparat keamanan untuk menangkap oknum atau kelompok yang sengaja membuat isu provoaktif dengan pengibaran bendera Bintang Kejora.


“Kita harus saling menghargai. Tetapi jika sudah masuk ke arah hukum, bahkan membuat aksi kerdil dan provokatif semacam itu, silahkan tangkap,” tegasnya.


Menurut Kapolda, kelompok yang masih memahami 1 Desember sebagai HUT Papua Merdeka justru berdoa bersama di tiga daerah, yakni kota Jayapura, Wamena dan Timika.

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw


“Silahkan berdoa dan kami sepakat tak akan ada yang menganggu ketertiban umum untuk doa bersama ini,”ujarnya.


Kepolisian setempat meminta kepada kelompok-kelompok yang masih berseberangan dengan pemerintah dan mempercayai HUT Papua Merdeka saling menghargai dalam suasana adven, memasuki natal.


“Mari kita mengucapkan syukur, karena Natal telah tiba dan sebentar lagi kita akan merayakannya secara bersama,”tambahnya.


Kamis, 01 Desember 2016


Coret-coret dinding, Anggota KNPB ditangkap Polisi Jayapura Kota.


Komite Nasional Papua Barat atau yang disingkat KNPB kembali membuat ulah dengan mencorat-coret dengan tulisan “Referendum YES” dan “Papua Merdeka” dengan bergambarkan Bintang Kejora di dinding sepanjang jalan masuk ke BTN serta dinding perumahan warga Purwodadi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (1/12).

Dalam 1 Desember ini, kelompok separatis seperti KNPB dan OPM membuat aksi anarkis dan lain sebagainya yang sangat merugikan masyarakat Papua. Setiap tanggal 1 Desember yang mereka anggap sebagai HUT Papua Merdeka selalu diwarnai dengan aksi-aksi yang kurang sedap di pandang mata sampai-sampai memakan korban yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Seperti tindakan yang dilakukan dengan aksi corat-coret dinding warga BTN Purwodadi.

Adapun nama-nama anggota KNPB yang melakukan aksi corat-coret tersebut yaitu Fredom Bahabol (21), Nason Keromat (16), Andreas Suhuniap (18), Robi Penggu (21), Diga Taplo (16).
Kapolres Jayapura AKBP Gustaf Urbinas, S.H, S.IK
Kapolres Jayapura AKBP Gustaf Urbinas,S..H,SIK beserta anggotanya telah mengamankan kelima orang yang melakukan aksi corat-coret serta menghapus gambar yang terdapat di dinding-dinding jalan BTN Purwodadi dan perumahan warga.

“Kelima pelaku aksi corat-coret tersebut telah kami amankan dan akan kami tindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku serta kami akan menindak para pelaku tersebut dan kami sudah menghapus gambar yang ada di dinding rumah warga serta sepanjang jalan BTN Purwodadi,” tegasnya kepada wartawan.

Kasat Sabhara AKP Endang juga menambahkan akan menindak tegas kepada pelaku corat-coret yang mengotori dinding perumahan warga BTN Purwodadi. Endang mengatakan kepada simpatisan KNPB yang berada di Sekretariat KNPB bahwa jangan melakukan aksi corat-coret.

“Perintah dari Kapolres Jayapura, tidak ada aksi corat-coret, apabila masih dilakukan, maka dari aparat kepolisian akan melakukan tindakan tegas terhadap pelaku aksi corat-coret,” imbuhnya.

Para anggota KNPB selalu gencar untuk melakukan cipta kondisi di Papua dengan cara apapun. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan kondisi yang tidak kondusif. Perlu adanya tindakan tegas bagi para simpatisan KNPB ini.

“Bagi seluruh masyarakat Papua, apabila mendapati simpatisan KNPB yang melakukan aksi-aksi yang tidak senonoh, segera laporkan kepada aparat keamanan terutama anggota TNI-Polri agar segera ditindak lanjuti,” imbuhnya.

Untuk sementara, para pelaku corat-coret masih diamankan oleh aparat kepolisian Polsek Sentani untuk dimintai keterangan.


Senin, 28 November 2016

Jangan ada Bintang Fajar pada tanggal 1 Desember !!!
Presiden NRFPB, Forkorus Yaboisembut
Forkorus Yaboisembut yang diwakili Ellias Ayakeding selaku Kepala Kepolisian NRFPB meminta jangan ada pengibaran bendera bintang kejora pada 1 Desember 2016, dimana itu adalah hari bersejarah bagi rakyat Papua. Tanggal 1 Desember oleh sebagian pihak disebut sebagai hari kemerdekaan Papua Barat.

“Jangan ada pengibaran bendera, karena tujuan utama dari perjuangan bukan pengibaran bendera, namun ialah pengakuan, jadi bagi kelompok lain saya himbau kalau bisa jangan mengibarkan bendera,” tegas Elias di Padang Bulan Senin (28/11).
Ellias Ayakeding, Kepala Kepolisian NRFPB
“Saya sebagai pemimpin politik Bangsa Papua maupun selaku Presiden Negara Federal Republik Papua Barat (NRFPB) hasil ketetapan Kongres ke III Rakyat Bangsa Papua 19 Oktober 2011 menyatakan bahwa kita tetap merayakan secara damai dalam bentuk ibadah syukur disesuaikan dengan kondisi daerah dan keyakinan masing-masing tanpa pengibaran bendera papua Barat, Bintang Fajar” tegas Forkorus Yaboisembut.

Banyaknya isu yang beredar atau keresahan masyarakat tentang tanggal 1 Desember 2016 membuat NRFPB berinisiatif untuk meminta kepada semua pihak yang berdomisili di seluruh wilayah Papua agar tetap terus menjaga ketertiban dan keamanan di Papua Barat khususnya, sebagai bagian dari upaya dalam ikut menjaga tetap terpeliharanya keamanan dan perdamaian Dunia Internasional pada umumnya.

“Bagi komponen masyarakat Papua di luar negeri dan komunitas Internasional penduduk kemerdekaan Papua Barat juga dapat merayakan secara damai disesuaikan dengan kondisi sosial politik di negara tempat mereka berdomisili,” tuturnya.



Alex Membri kutuk pelaku pengibaran Bintang Kejora.

Raja Adat Papua, Alex Membri
Stop bicara merdeka, karena Papua sudah merdeka dalam bingkai NKRI. Lebih baik saat ini mengurusi masalah Ekonomi, Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat. “Masalah Papua sudah selesai, tidak ada merdeka, kalau ada perjuangan kemerdekaan cangkokan, maka mereka itu jelas akan dikutuk.” Demikian dikatakan Alex Membri yang merupakan Raja Adat Papua saat ditemui di kediamannya kemarin.


Sebagai Raja Adat Alex Membri menyesalkan kejadian pengibaran Bintang Kejora di Lapangan Mandala. “Anak anak itu kerja sembarang. Bintang Kejora tra boleh main-main, itu barang sakral,” ujar Alex Membri.


Bintang Kejora adalah simbol adat, tidak dapat dijadikan sebagai simbol negara/bendera. Karena tidak memiliki tidak memiliki perundang-undangan yang jelas. Penaikan Bendera Bintang Kejora di Stadion Mandala adalah penyalahgunaan lambang adat. Dan sengaja dimanfaat kan oleh Lembaga tertentu yaitu Dewan Adat dan KNPB. “Dan 1 Desember bukan merupakan hari kemerdekaan Papua.” Tambahnya lagi.


Pada kesempatan ini raja Alex Membri juga meminta agar aparat kepolisian bertindak tegas kepada orang-orang yang tidak menghormati Bintang Kejora. “Karena itu sakral. Bintang kejora itu sakral jadi kalo ada yang pakai di kaos, dipasang sembarangan pak polisi ko ambil rampas saja.” Ujarnya. Apabila di Pasang di Kaos atau di Noken, maka harus di Bakar dan dihanguskan karena menyalahi aturan adat.


Kemudian Alex Membri mengajak mengajak semua warga suku bangsa, termasuk TPN OPM untuk bergabung membangun Papua, jangan tinggal di Hutan karena itu tindakan tersesat yang merugikan diri sendiri. Semua anak bangsa mari membangun Papua dengan berlandaskan Hukum Allah.(KR)






Selasa, 22 November 2016


Pertemuan NRFPB di Manokwari Tanpa Forkorus, NRFPB Pecah

Manokwari - Selasa (22/11) pukul 20.30 WIT Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB) melakukan rapat pertemuan di rumah Gubernur NFRPB Wilayah Domberay, Markus Yenu di Jl. Serayu Sanggeng Manokwari. Kegiatan rapat tersebut untuk persiapan aksi demo yang akan dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2016 dalam peringatan 1 Desember dan hari HAM internasional serta penyampaian dukungan NRFPB kepada ULMWP pada sidang MSG di Port Vila Vanuatu tanggal 20 s.d 23 Desember 2016.


Namun dari pertemuan yang dilakukan oleh Markus Yenu tersebut tidak dihadiri oleh langsung oleh Presiden NRFPB Forkorus Yaboisembut, yang jadi pertanyaan kenapa hal tersebut bisa terjadi ? mengingat Forkorus merupakan pimpinan tertinggi dalam NRFPB.
Presiden NRFPB Forkorus Yaboisembut
Perlu diketahui sebelumnya antara Markus Yenu dengan Forkorus dikabarkan telah berselisih pendapat, dan NRFPB saat ini dinilai oleh sebagian kalangan masyarakat sedang terpecah belah. Hal tersebut terbukti dengan adanya surat yang ditulis oleh Forkorus yang diserahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Federal, Elias Ayakeding yang isinya, Forkorus mengatakan bahwa apa yang dilakukan ULMWP tak sejalan dengan upaya yang dilakukan. Forkorus pun akhirnya menegaskan untuk masing-masing pihak berjalan sendiri-sendiri. Selama ini, upaya untuk bisa masuk ke dalam MSG itu dimediasi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB).


Sementara itu, Markus Yenu akan berangkat ke Jayapura pada tanggal 13 Desember 2016 dan berkumpul dengan delegasi yang lain untuk berangkat ke Vanuatu. Delegasi tersebut terdiri dari Viktor Yeimo, Beny Wenda, Markus Yenu dan pejabat lainnya dan akan di pimpin oleh Perdana Menteri NRFPB Edison Waromi.
Gubernur NFRPB Wilayah Domberay Markus Yenu
Dikabarkan, dana perjalanan tersebut akan dikumpulkan dari simpatisan KNPB yang beberapa waktu lalu juga sempat terjadi kericuhan diantara anggota KNPB mengenai dana KNPB yang dinilai oleh para angotanya bahwa dana tersebut hanya digunakan untuk berfoya-foya.


Dan selain itu, mereka juga akan melakukan penarikan dana kepada kepala - kepala kampung di wilayah Sidey,  Masni, Kaeroni, tanah rubuh,  Ransiki dan Pegaf. Besaran penarikan kampung adalah sebesar Rp. 500 ribu perkampung dan akan di tarik oleh simpatisan atas nama Wongor (Simpatisan dari Kp. Testega). Seluruh dana yang terkumpul akan di serahkan kepada bendahara NRFPB Ibu Mamori. Ibu Mamori merupakan pengganti bendahara yang lama yang telah tertembak oleh aparat pada kerusuhan Sanggeng yaitu Onisimus Ramayom.


Dalam pertemuan di kediamannya Markus Yenu juga di hadiri oleh:

1. Gubernur NFRPB wilayah Domberay Markus Yenu.

2. Sekretaris NRFPB Alfred Auparay.

3. LSM Gempar  (Gerakan Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat)

4. Staf Intelijen Mac. Gepse.

5. Komunitas Awepa (Anak anak West Papua).

5. Simpatisan NRFPB 40 orang. (Red.AK)


Senin, 21 November 2016


Setelah Ketua KNPB, Presiden GIDI ikut tarik Dana Sumbangan Fiktif dari Jemaat Gereja


Presiden GIDI Pdt Dorman Wandikbo S.Th telah meminta tiap klasis di Papua untuk mengumpulkan uang sebesar seratus ribu rupiah kepada tiap kepala keluarga. Dalam wawancara kepada beberapa Jemaat Gereja GIDI di berbagai wilayah Jayapura dan Lanny Jaya, diperoleh informasi bahwa kegiatan itu sudah berlangsung dan uang yang terkumpul akan diserahkan kepada Victor Yeimo Ketua KNPB Pusat.



KNPB yang diwakili langsung oleh Ketua KNPB Pusat Viktor Yeimo telah melakukan pertemuan dengan Dorman Wandikbo Presiden GIDI. Dalam pertemuan itu dihasilkan kesepakatan bahwa dirinya akan mendukung Victor Yeimo dan Benny Wenda dalam upaya melepaskan Papua dari NKRI.



Terkait pertemuan yang telah dilaksanakan oleh KNPB dan Presiden GIDI tersebut, Presiden GIDI sudah meminta tiap klasis di Papua untuk meminta dan mengumpulkan uang sebesar seratus ribu rupiah kepada tiap kepala keluarga. Uang  tersebut akan diserahkan kepada ketua umum KNPB Victor Yeimo untuk dibagi dalam dua kegiatan yaitu untuk mendukung diplomasi Benny Wenda beserta rekan-rekannya di luar negeri dan untuk membantu persiapan aksi tanggal 1 Desember 2016 mendatang.

Presiden GIDI Pdt Dorman Wandikbo S.Th

Hal tersebut terasa aneh dan mencurigakan, karena tidak ada hubungannya dan keterkaitannya antara jemaat Gereja yang ingin beribadah dengan rencana busuk KNPB. kegiatan agama yaitu beribadah kepada Tuhan tidak semestinya dicampur adukkan dengan kegiatan-kegiatan politik yang hanya mengutamakan kepentingan duniawi. Ini merupakan salah satu penyimpangan dan penghinaan terhadap agama Tuhan. Padahal sebelumnya telah diketahui bahwa adanya ketidakjelasan terhadap pengaturan keuangan di KNPB.


Pada tanggal 18 November 2016 lalu KNPB menggelar rapat di Sekretariat KNPB di Jayawijaya. Menariknya, rapat pertemuan yang dihadiri oleh Ketua KNPB Pusat Victor Yeimo dan Ketua Tim Pembenahan dari KNPB Pusat, Rendy Itlay itu memerintahkan dan mewajibkan beberapa anggotanya untuk memberikan sumbangan uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per-orang. Seketika itu beberapa anggota KNPB yang tidak setuju dan tidak terima dengan perintah tersebut langsung berontak dan membuat ricuh dalam pertemuan tersebut.


Para anggota KNPB tidak terima dengan permintaan dana tersebut, kenapa harus meminta dana lagi kepada para anggota. Selain itu mereka juga mempertanyakan, kemana hasil uang kas yang selama ini dihimpun pada tiap pertemuan.


Tidak hanya itu, beberapa anggota yang hadir juga ikut mencurigai Ketuanya. Kecurigaan itu muncul seiring banyak bukti yang membeberkan bahwa Ketua Pusat KNPB Victor Yeimo sering berfoya-foya, mabuk-mabukan dan bermain Perempuan di sebuah kafe Bar. Tuduhan tersebut semakin kuat karena beberapa waktu lalu si Victor sering jalan-jalan keluar negeri dengan alasan memperjuangkan kemerdekaan Papua, padahal dia berfoya-foya di luar negeri.  

Victor Yeimo jalan-jalan di luar negeri

Tidak hanya Victor Yeimo, tetapi Benny Wenda juga melakukan hal yang sama. Benny Wenda pernah ditangkap dan dipenjara atas kesalahannya merencanakan penyerangan sebuah kantor polisi dan membakar dua toko dalam kerusuhan tahun 2000. Saat ini Benny dalam pengasingan dan pelariannya meminta suaka ke Inggris dan menjadi warga negara Inggris. Hingga saat ini dia selalu berada di sana dan tidak pernah kembali ke indonesia. Dengan alasan mengkampanyekan kemerdekaan Papua di London, dia berfoya-foya dan menghabiskan uang yang telah dikumpulkan oleh banyak orang di Papua.

Benny Wenda jalan-jalan di luar negeri

Sudah cukup rakyat Papua ditipu dengan omong kosong kemerdekaan Papua yang tidak akan terjadi. Jangan pula ditambahkan lagi dengan kebohongan dengan menggunakan topeng agama. Karena sesungguhnya Papua sudah merdeka sejak dulu dalam bingkai NKRI. Sungguh sangat nista dan tercelanya mereka yang menggunakan cara-cara picik dan licik dengan menjadikan agama sebagai tameng dan corong kepentingan pribadi mereka. (KR)







Minggu, 20 November 2016


Pelajar mabuk keroyok dan lempar batu aparat Polres Yahukimo

Aparat kepolisian terkena lemparan batu
Yahukimo - Sabtu tanggal 19 November 2016, masyarakat sekitar SMAN 1 Dekai kembali diresahkan akibat ulah pelajar SMAN 1 Dekai yang mabuk-mabukan dan melakukan pengeroyokan serta pelemparan batu kepada aparat Polres Yahukimo yang hendak mengamankan mereka.

Kejadian bermula pada hari itu yaitu sekitar pukul 10.00 WIT, salah seorang Guru di SMAN 1 Dekai melaporkan kepada personel Polres Yahukimo bahwa ada beberapa muridnya mabuk di sekolah dan minum minuman alkohol jenis air Nanas, guru tersebut meminta agar polisi mengamankan muridnya tersebut karena sangat mengganggu aktifitas di sekolah.

“Karena mengganggu proses belajar mengajar dan menganggu siswa lain di sekolah maka kami segera amankan siswa mabuk ini ke Mapolres”, Jelas Iptu M. Karim.


Selang beberapa menit, anggota Polres Yahukimo datang ke lokasi kejadian dengan membawa Truk Patroli Polres. Setibanya di sana, anggota Polres langsung mengamankan kedua pelajar yang sedang mabuk tersebut dan membawanya ke Mapolres. Tetapi ketika hendak dinaikkan ke truk, kedua pelajar tersebut mengamuk, menolak dan berusaha melepaskan diri dari petugas kepolisian. Serentak dari arah belakang polisi beterbangan batu dari arah kelas SMAN 1 Dekai. Ternyata petugas polisi yang akan mengamankan kedua pelajar tersebut dilempari batu, kayu dan ketapel oleh rekan-rekan sesama pelajar yang tidak terima atas penangkapan kedua temannya yang sedang mabut itu.

Merasa terdesak, anggota polisi tersebut mencari perlindungan dan meminta bantuan tambahan personel dari Mapolres untuk mengatasi amukan murid-murid tersebut. Beberapa menit kemudian bantuan personel dari Mapolres datang dan tetap dihujani oleh lemparan batu oleh para murid SMAN 1 Dekai, sehingga dengan terpaksa aparat Polisi pun mengeluarkan tembakan peringatan dari luar pagar sekolah. Hujan batu pun berhenti kemudian polisi mengamankan 5 orang siswa SMAN 1 Dekai dan 2 orang Guru untuk dimintai keterangan terkait kejadian tersebut.

Akibat kejadian tersebut, seorang anggota Polres Yahkimo Bripda Daniel Kiriho mengalami luka robek pada jidat kanan dan beberapa memar pada bagian badan akibat lemparan batu pelajar SMAN-1 Dekai. Setelah dilaksanakan koordinasi antara Kapolres Yahukimo dengan Dokter RSUD Dekai, korban atas nama Bripda Daniel Kiriho tersebut akan dirujuk ke RS Bhayangkara Jayapura dengan menggunakan pesawat Trigana Air. (KR)








Jumat, 18 November 2016


Akhirnya!!! AMP kembali mendukung NKRI


Mahasiswa yang tergabung dalam AMP melaksanakan aksi dukung Papua tetap menjadi bagian NKRI di Jalan Pahlawan, Semarang
Semarang – AMP (Aliansi Mahasiswa Papua) menggelar aksi menyatakan mendukung Papua tetap menjadi bagian NKRI dan menolak dengan tegas organisasi KNPB di Papua. Sabtu tanggal 19 November 2016 bertepatan dengan HUT KNPB (Komite Nasional Papua Barat) sekitar 50 orang mahasiswa asli Papua berkumpul di Jalan Pahlawan Semarang. Mereka tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua wilayah semarang. Beberapa mahasiswa terlihat menggunakan Pakaian Daerah Khas Papua dan yang lainnya membawa spanduk-spanduk serta Bendera Merah Putih.

Seperti aksi-aksi yang sebelumnya, AMP sering melaksanakan demo-demo untuk mendukung penentuan Hak Sendiri orang Papua atau Referendum di beberapa wilayah Indonesia. Seperti awal mula pembentukannya, Aliansi Mahsiswa Papua (AMP) menegaskan sikap dan pandangan organisasi mereka sebagai organisasi massa mahasiswa yang terbuka tanpa memandang latar belakang pandangan, suku, agama, dan ras dan mendukung perjuangan untuk merebut hak–hak demokratik Rakyat Papua. Pada tanggal 27 Juli 1998 di Manggarai Jakart Selatan, AMP menegaskan sikap dan pandangan organisasi mereka sebagai organisasi massa mahasiswa yang terbuka tanpa memandang latar belakang pandangan, suku, agama, dan ras dan mendukung perjuangan untuk merebut hak – hak demokratik Rakyat Papua.
AMP Semarang melaksanakan Long Mars dikawal oleh polisi setempat.
Yang istimewa dan berbeda dari demo-demo sebelumnya ialah biasanya mereka mendukung agar Papua lepas dari NKRI, tetapi kali ini terjadi kebalikannya, mereka mendukung penuh agar Papua tetap menjadi bagian dari NKRI. Bukan hanya itu saja, selain mendukung Papua tetap menjadi bagian NKRI, mereka juga menolak dengan tegas serta menuntut agar organisasi yang bernama KNPB dibubarkan.

Di Papua telah terjadi keributan besar dalam organisasi KNPB yang disebabkan oleh ulah Ketua KNPB Pusat itu sendiri, Victor Yeimo. Victor Yiemo terus menerus menarik sumbangan kepada anggota KNPB dalam setiap kegiatan dan aksinya, padahal dana tersebut tidak pernah diketahui digunakan untuk apa, malah tersebar kabar bahwa dana tersebut digunakan untuk dirinya jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan bertemu tokoh-tokoh Pro Papua Merdeka yang berada di luar negeri.
Dokumentasi Foto kegiatan Victor Yeimo jalan-jalan di luar negeri
Berita mengenai ulah Victor Yeimo tersebut menyebabkan keretakan dalam tubuh KNPB, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan pada anggota KNPB dan mereka merasa ditipu dan ingin keluar dari organisasi. Hal inilah yang menjadi pertimbangan AMP untuk tidak percaya lagi pada KNPB dan tetap mendukung Papua menjadi bagian dari NKRI. Karena mahasiswa-mahasiswa itu pun melihat sendiri upaya keras pemerintah untuk membangun Papua, bahkan Presiden Jokowi sendiri yang turun tangan datang ke Papua untuk menyelesaikan permasalahan di Papua dan mengupayakan kesejahteraan bagi masyarakat di Papua. (KR)Aliansi Mahsiswa Papua [AMP] menegaskan sikap dan pandangan organisasi sebagai organisasi massa mahasiswa yang terbuka tanpa memandang latar belakang pandangan, suku, agama, dan ras dan mendukung perjuangan untuk merebut hak – hak demokratik Rakyat Papua.

Tarik Dana Dari Anggotanya, Ketua KNPB Dapat Ultimatum
Victor Yeimo, Ketua KNPB Pusat
Jayapura – Kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB) sore tadi, tepatnya pukul 14.00 WIT, Jumat (18/16). Melaksanakan rapat pertemuan yang beragendakan persiapan peringatan HUT KNPB ke-8 yang rencananya akan digelar besok, Sabtu (19/16) di Sekretariat KNPB Jayawijaya.

Menariknya, rapat pertemuan yang dihadiri oleh Ketua KNPB Pusat Victor Yeimo dan Ketua Tim Pembenahan dari KNPB Pusat, Rendy Itlay itu memerintahkan dan mewajibkan beberapa anggotanya untuk memberikan sumbangan uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per-orang. Seketika itu beberapa anggota KNPB yang tidak setuju dan tidak terima dengan perintah tersebut langsung berontak dan membuat ricuh dalam pertemuan tersebut.

Para anggota KNPB tidak terima dengan permintaan dana tersebut, kenapa harus meminta dana lagi kepada para anggota. Selain itu mereka juga mempertanyakan, kemana hasil uang kas yang selama ini dihimpun pada tiap pertemuan.
Victor Yeimo jalan-jalan di luar negeri
Tidak hanya itu, beberapa anggota yang hadir juga ikut mencurigai Ketuanya. Kecurigaan itu muncul seiring banyak bukti yang membeberkan bahwa Ketua Pusat KNPB Victor Yeimo sering berfoya-foya, mabuk-mabukan dan bermain Perempuan di sebuah kafe Bar. Tuduhan tersebut semakin kuat karena beberapa waktu lalu si Victor sering jalan-jalan keluar negeri dengan alasan memperjuangkan kemerdekaan Papua, padahal dia berfoya-foya di luar negeri.  
Victor Yeimo dan Benny Wenda jalan-jalan di London
Terakhir, beberapa anggota yang kecewa dengan sikap ketua KNPB Pusat Victor Yeimo, keluar dan meninggalkan rapat pertemuan, dan mereka juga mengultimatum si Victor Yeimo agar ke depan tidak ada lagi dana sumbangan bagi para anggota KNPB, jika Victor tidak menuruti apa kata anggotanya maka para anggota akan pergi meninggalkan KNPB dan masuk menjadi masyarakat biasa yang tentunya juga masuk ke NKRI.

Rabu, 16 November 2016

UNGKAPAN HATI JHON KOGOYA, ORANG ASLI PAPUA (OAP)
UNGKAPAN HATI JHON KOGOYA, ORANG ASLI PAPUA (OAP)


Saya tidak bisa memaksa siapapun harus sependapat dengan saya, maka silahkan masing2 berjalan sesuai dgn pendapat dan pikirannya. Tapi saya hanya mau menyampaikan alasan kenapa saya sebagai Orang Asli Papua (OAP) memilih setia kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), terserah sebagian kecil OAP menganggap saya penghianat. Tapi ini beberapa alasan saya yang sangat mendasar:

1. Sejak Saya dilahirkan ke Bumi tidak pernah merasa terjajah oleh siapapun, kebetulan saya lahir bukan masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Saya bebas kemana saja di seluruh pelosok Indonesia tampa gangguan apapun.

2. Saya tidak pernah diperlakukan Diskriminasi Oleh Sodara2 saya suku manapun. Bahkan Saya melihat banyak Saudara OAP yg menikah dengan Suku lain selain Papua.

3. Tidak ada satupun Hak yg dimiliki Oleh WNI lain selain Papua yg tidak dimiliki oleh OAP dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaliknya banyak hak khusus yg dimiliki OAP yg tidak dimiliki oleh WNI lain. Saya sudah jalan ke hampir seluruh Wilayah NKRI. Di sana Orang Papua tdk disebut pendatang, tapi di Papua ada istilah pendatang dan Pribumi.

4. Di Papua saya melihat jarang sekali OAP yg punya kios, jarang yg bisa bertani secara moderen atau jadi Nelayan besar, jadi tukang seperti Sodara2 Saya WNI yg lain. Artinya Kalau Papua pisah dari NKRI maka Papua akan mundur 2 abad ke belakang. Kelas papua hanya kelas jual Pinang. Karena itu Saya mau mendorong Sodara2 Saya Papua agar mau belajar yg baik, bekerja keras sehingga seluruh OAP dapat mencapai taraf hidup ygblebih baik.

5. Saya sudah pernah jalan2 ke berapa Negara Tetangga Wilayah Malenesia, Saya belum pernah menemukan Negara manapun di Wilayah Malenesia yg lebih maju dan lebih sejahtera dari pada Papua. Bahkan Hampi seluruh kebutuhan dasar Warga PNG dipasok dari Papua. Karena Sodara kita di Malenesia sana dikuasai oleh org Asing.

6. Demikian pula Hampir hampir seluruh kebutuhan dasar Papua di kirim dari Provinsi lain. Sehingga kalau Papua pisah dari NKRI maka seluruh kebutuhan pokok Papua akan diekspor dari luar, betapa menderitanya Papua kalo itu terjadi apalagi kalau kita di Embargo.

7. Fakta sejarah membuktikan bahwa Papua tidak pernah berdiri sendiri dalam suatu pemerintahan sendiri. Tidak pernah ada kerajaan Papua. Tapi hanya kelicikan penjajah Belandalah yg membayar sekelompok penghianat diberikan Bendera Bintang Kejora dan lagu Hai Tanahku Papua yg dianggap sebagai lagu kebangsaan. Semua simbol2 Negara boneka tersebut murni buatan dan Ciptaan Belanda, bukan karya, buatan atau ciptaan anak Papua sendiri. Jadi dimana kebanggan dan kehormatan Papua?

8. NKRI selalu dituduh melakukan pelanggaran HAM dan Genocide terhadap Orang Papua, tapi kenyataannya sejak dahulu Nenek moyang kita OAP hingga jaman modern sekarang selalu perang suku, hanya karena persoalan kecil kita saling bunuh dan saling makan sesama Saudara, entah sudah berapa ribu jatuh korban karena perang suku. Justru NKRI lah melalui aparat keamanannya berusaha mendamaikan kita dan mengajarkan peradaban.

9. Di dalam hukum dan pemerintahan Orang Papua tdk dibedakan dengan suku lain. Banyak OAP yg jadi mentri, banyak yang jadi Jenderal, bahkan seluruh Gubernur dan Bupati/walikota semuanya OAP. Saya Optimis bahwa suatu saat Presiden RI adalah OAP apabila kita mau belajar keras mengisi kemampuan dan Wawasan kita.

10. Saya sangat cinta dan bangga kepada Papua, tetapi saya lebih Bangga sebagai bagian dari NKRI. Karena apabila Saya hanya menjadi Papua maka Saya sangat kerdil. Tetapi apabila saya NKRI saya kaya. Saya bisa memiliki Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Sumatera dll. Dan Saya punya Saudara ribuan Suku serta bemacam2 Agama di Indonesia. Karena NKRI dibentuk bukan atas dasar Ras, agama, Suku bangsa dll. Tapi NKRI dibentuk atas dasar Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu).

SALAM PERSATUAN DARI JHON KOGOYA

Senin, 14 November 2016

Tipu Daya dan Propaganda aktivis Pro Papua Merdeka, Masih kah kalian Percaya ???


Jika kita perhatikan, beberapa orang mengorganisir diri dalam beberapa komite yang bergerak dengan menggunakan cara diplomasi politik, baik domestik maupun internasional. Mereka terikat oleh tujuan yang sama, untuk memisahkan diri dari NKRI, dengan segala cara, baik yang moderat seperti referendum dan diplomasi politik, dan inti lebih keras seperti gerakan bersenjata. Kelompok kerja di dalam negeri mengeksploitasi demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia. Mereka, intensif melakukan tindakan ekstra parlementer seperti demonstrasi, forum diskusi, seminar, advokasi, propaganda, dan bangun pendapat, untuk mendiskreditkan pemerintah dan mengumpulkan dukungan untuk referendum dan memisahkan diri dari Indonesia.

Propaganda dan fakta distorsi menjadi strategi untuk mendiskreditkan pemerintah. Isu-isu pelecehan hak asasi manusia, penindasan pada asosiasi dan kebebasan politik, dan pemerintah Indonesia sebagai kaum penjajah, adalah bentuk aneksasi, yang tersebar untuk mendapatkan simpati domestik dan internasional. Kelompok-kelompok ini menggambarkan diri mereka sebagai masyarakat sipil yang memperjuangkan kemanusiaan dan hak asasi manusia. Padahal, mereka tidak lebih dari beberapa aktivis yang menyebarkan kebencian untuk NKRI, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan-tindakan yang bisa dikategorikan sebagai pendukung upaya subversif dan separatis.

Internasionalisasi masalah Papua juga terjadi dengan munculnya tekanan dari Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP), Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP), International Lawyers for West Papua (ILWP), dan Gerakan United Liberation untuk Papua Barat (ULMWP) ke Pemerintah indonesia untuk mengenali ULMWP sebagai badan koordinasi dan menyatukan yang mewakili semua kepentingan orang Papua yang berada di Papua dan Papua Barat. Kehadiran IPWP dan ILWP ini tidak lepas dari peran anggota DPR dan pengacara asing seperti Richard di Natale dan Jennifer Robinson, yang memberikan dukungan kepada Benny Wenda, seorang aktivis OPM yang diberi suaka di Australia. Jennifer Robinson (pengacara Australia, simpatisan OPM) aktif mengumpulkan sejumlah pengacara di Oxford, Inggris, di Pengacara Internasional untuk Papua Barat (ILWP) untuk mendorong isu Papua dibawa ke Mahkamah Internasional.

Kegiatan yang dilakukan oleh PRD, KNPB dan ULMWP merupakan ancaman terhadap kepentingan nasional Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan dan melaksanakan pembangunan di Papua. Kelompok-kelompok ini tidak lebih dari kelompok elit yang tidak memiliki basis massa yang jelas, ahistoris untuk masalah Papua, dan tidak mengerti tentang aspirasi masyarakat Papua secara komprehensif. Selain itu, kelompok-kelompok ini bekerja untuk kepentingan asing, untuk mengeksploitasi isu Papua, untuk menutupi agenda tersembunyi mereka dan untuk mengontrol sumber daya strategis di Papua.

Minggu, 13 November 2016

Dua Warga Perbatasan  Pengedar Ganja Ditembak Aparat


Jayapura, Dua warga perbatasan terpaksa ditembak aparat karena melarikan diri saat tertangkap basah melakukan transaksi ganja.
Minggu malam sekitar pukul 18.00 WIT, Benyamin Honggi (32 th) dan Okto Hwai (23 th) terpaksa ditembak di kaki akibat melarikan diri.
Dari data lapangan diketahui, Sabtu (12/11) malam anggota pamtas mendapat informasi dari masyarakat adanya transaksi ganja di wilayah perbatasan RI - PNG.
Kemudian anggota Satgas Pamtas mendapati 1 sepeda motor  honda beat hitam terparkir di pinggir jalan, tepi hutan di Galian Karang di Jalan poros Skouw RI-PNG.
Melihat adanya motor yang mencurigakan, anggota satgas menutup jalan, guna mencegah sepeda motor yang dicurigai itu melintas.
Saat Benyamin dan Okto mengetahui jalan sudah  ditutup keduanya mengambil jalan memutar dan kabur ke arah perbatasan. Melihat keduanya melarikan diri anggota Satgas Pamtas melepaskan tembakan peringatan ke a tas. Kedua nya kemudian loncat dan  menjatuhkan sepeda motornya dan melarikan diri ke hutan lalu masuk kampung.
Masyarakat kemudian melapor tentang  adanya orang asing ke rumah masyarakat dan lapor ke Pos Satgaspamtas RI-PNG. Kemudian anggota Satgas Pamtas menangkap kedua orang tersebut.
Dari penangkapan kedua orang ini didapatkan barang bukti Ganja 2 kg, Sepeda motor Beat,  dan 2 buah handphone.
Kapendam XVII/Cendrawasih, Kol. Inf Teguh saat dihubungi melalui telephon sellulernya membenarkan kejadian ini. "Benar mbak ada kejadi penangkapan terhadap pengedar ganja yang terpaksa dilumpuhkan dengan ditembak di kaki karena berusaha melarikan diri," ujar Kapendam.
Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Teguh Pudjo Raharjo
Selanjutnya dijelaskan, bahwa kedua korban tersebut sudah di evakuasi ke RS Bhayangkara guna perawatan medis. "Sekarang di RS Bhayangkara untuk proses mengeluarkan proyektil" ujar kapendam.
Disinyalir keduanya merupakan jaringan pengedaran narkoba yang cukup besar di perbatasan. Jaringan tersebut dengan memanfaatkan daerah perbatasan untuk melakukan transaksi pengedaran ganja. Karena seperti yang diketahui bahwa daerah perbatasan rawan terhadap peredaran narkoba.
Tetapi Jajaran Satuan Penugasan RI-PNG selalu konsisten dalam pemberantasan peredaran narkoba di wilayah perbatasan RI-PNG.

Kamis, 10 November 2016

Kebusukan Pendukung OPM di Luar Negeri

Selandia Baru merupakan negara makmur, penduduknya tertib, dan lingkunganya sangat bersih. Negara ini cukup terbuka bagi warga pendatang untuk menambah ilmu, berbisnis, dan membeli properti atau mendirikan rumah tinggal, termasuk memiliki mobil mewah untuk kebutuhan sehari-hari atau sekedar dipajang di depan rumah.
Selandia Baru
Ketika melakukan kunjungan ke negara ini, sering ditemui sejumlah mahasiswa Indonesia yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, termasuk dari Provinsi Papua dan Papua Barat. Bahkan, pernah juga bertemu dengan Socrates Sofyan Yoman dalam acara konferensi tahunan “Te Huinga Tauira o Te Mana Ākonga”  selama 3 hari (25 s.d 28 Agustus 2016) yang diselenggarakan oleh Ngāi Tauira, Asosiasi Mahasiswa Māori ‘di Victoria University of Wellington.

Saat menghadiri acara tersebut, Socrates Sofyan Yoman ternyata punya rumah dan mobil, bahkan dirinya punya speed boat yang di parkir disamping rumahnya di Wellington. Yang menjadi pertanyaan adalah dari mana asal uang yang didapatkannya untuk membeli semua kekayaannya tersebut, secara Socrates tidak memiliki pekerjaan di Selandia Baru. 


Menurut cerita dari beberapa mahasiswa Indonesia yang melaksanakan kuliah di Selandia Baru, beberapa kali kesempatan Pendeta Socrates melakukan ceramah-ceramah di Gereja, tetapi yang terasa janggal adalah ceramah yang seharusnya berisi tentang nuansa keagaman berganti topik ke arah politik dan bercerita tentang usaha ULMWP dalam melepaskan Papua dari Indonesia. Selain isi ceramahnya yang menyimpang, selesai ceramah Socrates menarik sumbangan untuk Papua yang entah dana tersebut disalurkan ke mana dan kepada siapa. Berdasarkan keanehan tersebut, banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa dan sumbangan yang telah terkumpul tersebut digunakan oleh pribadi Socrates sendiri dan tidak disalurkan kepada sasaran awalnya.   
Socrates Sofyan Yoman
Kemudian beberapa hari berikutnya setelah konferensi tahunan “Te Huinga Tauira o Te Mana Ākonga” beberapa mahasiswa asal Jogjakarta bertemu dengan warga Indonesia asal Provinsi Papua Barat yaitu Direktur Eksekutif  LP3BH (Lembaga Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan Bantuan Hukum) Manokwari, Yan Christian Warinussy.

Yan Christian Warinussy bercerita ke mahasiswa tersebut jika dia sering ke Wellington karena punya sahabat di sini dan sekaligus menengok rumahnya yang baru selesai direhab. Dia juga bercerita bahwa sejumlah orang Papua memiliki rumah dan mobil di luar Papua bahkan di luar negeri, seperti Benny Wenda di London, Buhtar Tabuni dan Markus Haluk di pinggir pantai Port Vila, Vanuatu, serta Edison Waromi di Port Moresby, PNG. Edison Waromi dan Septer Manufandu sendiri bertetangga dengan seorang politikus PNG.

Dilihat dari beberapa pernyataan di atas timbul tanda tanya besar tentang apa yang tengah dikerjakan oleh orang-orang yang mengaku berjuang merebut Papua dari Indonesia padahal kenyataannya mereka sedang menumpuk kekayaan dan berfoya-foya di luar negeri dengan menggunakan uang yang dikumpulkan oelh para simpatisan mereka di Papua sana. Sungguh sangat ironi dan bodoh sekali kalau sampai rakyat Papua ditipu seperti ini terus.

Sumber : Raimon Saipata (Mahasiswa Wellington Pemerhati Masalah Papua)