Selasa, 06 Desember 2016

KNPB serang dan bakar Asrama Asmat Perumnas 2 Waena

Asrama Asmat dibakar oleh KNPB
Jayapura – selasa malam (06/12) pukul 19.00 WIT, Simpatisan KNPB yang merupakan gabungan dari mahasiswa Wamena, Biak, Paniai dan Serui mengepung dan membakar Asrama Asmat di Perumnas Waena.
Kejadian ini berawal pada saat pertandingan bola futsal antara mahasiswa Asrama Biak melawan mahasiswa Asrama Asmat pada pukul 16.00 WIT sore harinya. Mahasiswa Sorong mengadakan turnamen futsal Distrik Yabansai yang dilaksanakan di Lap. Futsal CNI Waena. Turnamen ini diikuti oleh seluruh asrama mahasiswa yang berada di Waena dan Abepura. Pertandingan Futsal ini diselenggarakan dalam rangka menyambut hari Natal tahun 2016.
Asrama Asmat dibakar oleh KNPB
Pada pukul 16.00 WIT pertandingan antara Mahasiswa Asmat dan Mahasiswa Biak dimulai selama 20 menit. Pertandiangan berjalan normal dengan hasil skor imbang 2-2 sampai dengan menit ke 13, kemudian pada menit ke 15 asrama Biak mencetak gol dan berhasil mengungguli mahasiswa Asmat dengan skor 3-2. Namun, wasit pertandingan yang berasal dari Uncen meniup peluit panjang tanda pertandiangan berakhir. Merasa tidak terima karena masih tersisa waktu 5 menit lagi dari 20 menit pertandingan yang disepakati, mahasiswa asmat melayangkan protes kepada wasit, namun mahasiswa asrama Biak mengeluarkan kata-kata kasar dan bicara tentang KNPB kemudian terjadi saling menyerang dalam lapangan futsal. Peristiwa saling serang tersebut berhasil dihentikan di lapangan futsal saat itu juga.
Merasa situasi sudah mulai tenang dan terkendali, mahasiswa asmat bergerak kembali menuju asramanya, tetapi seketika mahasiswa asmat tersebut dilempari batu oleh mahasiswa biak dan perkelahian antar keduanya pun tidak terelakkan lagi. Mahasiswa Biak meminta bantuan ke Rusunawa dan dibantu oleh mahasiswa wamena, serui dan paniai yang merupakan rekan sesama simpatisan KNPB kemudian menyerbu ke Asrama Asmat di Perumnas 2 Waena. Pukul 19.00 WIT, terjadi saling serang di depan rumah sakit Dian Harapan. Massa dari gabungan mahasiswa Wamena, Biak dan Serui mengepung dan membakar asrama Asmat.
Masyarakat gunung yang tinggal di rusunawa berhasil diredam oleh pihak kepolisian dan Pos Ramil setempat
Akibat aksi penyerangan dan pembakaran Asrama Asmat oleh simpatisan KNPB gabungan dari mahasiswa wamena, Biak, Serui dan Paniai banyak kerugian yang telah didapat antara lain Asrama Asmat terbakar, lima unit sepeda motor jenis Honda Beat dibakar, Ijasah-ijasah wisuda bulan ini dan semua perlengkapan dibakar, banyak korban luka yang dialami oleh mahasiswa Asmat serta dua anggota mahasiswa asmat, atas nama Cornelius Yapaigaimo (FISIP UNCEN) dan Ignasius Aitoru (UNMEL Mandiri) mulai saat terjadi penyerangan hingga sekarang masih hilang dan no hp juga tidak aktif.
Pasca kejadian, Tokoh pemuda dan senior mahasiswa Asmat atas nama Yanuariung mengatakan bahwa salah satu kasus yang memicu penyerangan ke asrama Asmat adalah dendam mereka kepada mahasiswa Asmat atas kasus pemerkosaan yang dilakukan Yally Wenda, karena mahasiswa Asmat meminta Yalli Wenda (Ketua Senat FISIP Uncen) dipecat dari Uncen, atas kasus percobaan pemerkosaan beberapa waktu lalu terhadap mahasiswi yang berasal dari keluarga Asmat-Merauke. Selain itu banyak dari asrama Asmat yang tidak mau bergabung dengan KNPB.
Tokoh pemuda dan senior mahasiswa Asmat, Yanuariung memberikan penjelasan mengenai alasan KNPB akhirnya membakar Asrama Asmat
“Kami orang Asmat berdiri paling depan memperjuangakan keutuhan NKRI, NKRI harga mati!” tegasnya lantang, “Tidak ada Papua merdeka, Papua kapan merdeka? Kapan kalian merdeka? Saya anak Asmat, kami mempertahankan Negara Republik Indonesia.” Tambahnya menjelaskan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, KNPB adalah organisasi vokal yang menentang pemerintah di Papua. Mereka sering melakukan aksi-aksi ilegal tanpa ijin kepolisian. Dalam setiap aksinya mereka selalu membuat kerusuhan, kemacetan, pemalangan, mengganggu aktivitas masyarakat dan terakhir mereka merusak transportasi umum dan jalan pada aksinya. Mereka sering menuntut penyelesaian masalah HAM di Papua, tapi yang mereka lakukan selama ini justru melanggar HAM itu sendiri, pemerkosaan, perusakan transpotasi umum, membakar asrama, merusak fasilitas umum, merusak barang milik orang lain, penganiayaan, penculikan, mengganggu dan menghentikan aktivitas masyarakat, menyebarkan rasa ketakutan dan tidak aman pada masyarakat.

Sebuah tanda tanya besar bagaimana bisa kata-kata HAM bisa keluar dari mulut-mulut para pelanggar HAM itu sendiri (KNPB). Pemerintah dan pihak kepolisian agar segera menangkap seluruh simpatisan KNPB dan membubarkannya agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman, damai dan tentram di Papua.




Sabtu, 03 Desember 2016


Awali bulan dengan Damai Natal dan bersih Bintang Kejora


Kelompok berseberangan seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selalu menganggap bahwa pada 1 desember merupakan Hari Ulang Tahun Papua Merdeka, Tetapi merupakan tanggal keramat bagi masyarakat Papua.


Pengibaran Bendera Bintang Kejora sebagai salah satu simbol perlawanan dari Papua Merdeka selalu mengotori pada bulan Desember yang penuh kasih dan damai di Papua. Dari tahun ke tahun sebelumnya pengibaran bendera tersebut jarang dilakukan. Aparat keamananpun tidak melakukan pengamanan khusus pada 1 Desember ini.


“Kami tidak melakukan siaga 1. Semua berjalan normal dan masyarakat menjalankan aktivitasnya seperti biasanya,”ungkap Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, Kamis (1/12).


Lembaga Penelitian Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, Papua Barat justru membuat seruan kepada masyarakat Papua untuk tidak mengibarkan Bendera Bintang Kejora pada 1 Desember.

Direktur Eksekutif LP3BH, Yan Christian Warinussy 


Yan Christian Warinussy selaku Direktur Eksekutif LP3BH meminta aparat keamanan untuk menangkap oknum atau kelompok yang sengaja membuat isu provoaktif dengan pengibaran bendera Bintang Kejora.


“Kita harus saling menghargai. Tetapi jika sudah masuk ke arah hukum, bahkan membuat aksi kerdil dan provokatif semacam itu, silahkan tangkap,” tegasnya.


Menurut Kapolda, kelompok yang masih memahami 1 Desember sebagai HUT Papua Merdeka justru berdoa bersama di tiga daerah, yakni kota Jayapura, Wamena dan Timika.

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw


“Silahkan berdoa dan kami sepakat tak akan ada yang menganggu ketertiban umum untuk doa bersama ini,”ujarnya.


Kepolisian setempat meminta kepada kelompok-kelompok yang masih berseberangan dengan pemerintah dan mempercayai HUT Papua Merdeka saling menghargai dalam suasana adven, memasuki natal.


“Mari kita mengucapkan syukur, karena Natal telah tiba dan sebentar lagi kita akan merayakannya secara bersama,”tambahnya.


Kamis, 01 Desember 2016


Coret-coret dinding, Anggota KNPB ditangkap Polisi Jayapura Kota.


Komite Nasional Papua Barat atau yang disingkat KNPB kembali membuat ulah dengan mencorat-coret dengan tulisan “Referendum YES” dan “Papua Merdeka” dengan bergambarkan Bintang Kejora di dinding sepanjang jalan masuk ke BTN serta dinding perumahan warga Purwodadi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (1/12).

Dalam 1 Desember ini, kelompok separatis seperti KNPB dan OPM membuat aksi anarkis dan lain sebagainya yang sangat merugikan masyarakat Papua. Setiap tanggal 1 Desember yang mereka anggap sebagai HUT Papua Merdeka selalu diwarnai dengan aksi-aksi yang kurang sedap di pandang mata sampai-sampai memakan korban yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Seperti tindakan yang dilakukan dengan aksi corat-coret dinding warga BTN Purwodadi.

Adapun nama-nama anggota KNPB yang melakukan aksi corat-coret tersebut yaitu Fredom Bahabol (21), Nason Keromat (16), Andreas Suhuniap (18), Robi Penggu (21), Diga Taplo (16).
Kapolres Jayapura AKBP Gustaf Urbinas, S.H, S.IK
Kapolres Jayapura AKBP Gustaf Urbinas,S..H,SIK beserta anggotanya telah mengamankan kelima orang yang melakukan aksi corat-coret serta menghapus gambar yang terdapat di dinding-dinding jalan BTN Purwodadi dan perumahan warga.

“Kelima pelaku aksi corat-coret tersebut telah kami amankan dan akan kami tindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku serta kami akan menindak para pelaku tersebut dan kami sudah menghapus gambar yang ada di dinding rumah warga serta sepanjang jalan BTN Purwodadi,” tegasnya kepada wartawan.

Kasat Sabhara AKP Endang juga menambahkan akan menindak tegas kepada pelaku corat-coret yang mengotori dinding perumahan warga BTN Purwodadi. Endang mengatakan kepada simpatisan KNPB yang berada di Sekretariat KNPB bahwa jangan melakukan aksi corat-coret.

“Perintah dari Kapolres Jayapura, tidak ada aksi corat-coret, apabila masih dilakukan, maka dari aparat kepolisian akan melakukan tindakan tegas terhadap pelaku aksi corat-coret,” imbuhnya.

Para anggota KNPB selalu gencar untuk melakukan cipta kondisi di Papua dengan cara apapun. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan kondisi yang tidak kondusif. Perlu adanya tindakan tegas bagi para simpatisan KNPB ini.

“Bagi seluruh masyarakat Papua, apabila mendapati simpatisan KNPB yang melakukan aksi-aksi yang tidak senonoh, segera laporkan kepada aparat keamanan terutama anggota TNI-Polri agar segera ditindak lanjuti,” imbuhnya.

Untuk sementara, para pelaku corat-coret masih diamankan oleh aparat kepolisian Polsek Sentani untuk dimintai keterangan.


Senin, 28 November 2016

Jangan ada Bintang Fajar pada tanggal 1 Desember !!!
Presiden NRFPB, Forkorus Yaboisembut
Forkorus Yaboisembut yang diwakili Ellias Ayakeding selaku Kepala Kepolisian NRFPB meminta jangan ada pengibaran bendera bintang kejora pada 1 Desember 2016, dimana itu adalah hari bersejarah bagi rakyat Papua. Tanggal 1 Desember oleh sebagian pihak disebut sebagai hari kemerdekaan Papua Barat.

“Jangan ada pengibaran bendera, karena tujuan utama dari perjuangan bukan pengibaran bendera, namun ialah pengakuan, jadi bagi kelompok lain saya himbau kalau bisa jangan mengibarkan bendera,” tegas Elias di Padang Bulan Senin (28/11).
Ellias Ayakeding, Kepala Kepolisian NRFPB
“Saya sebagai pemimpin politik Bangsa Papua maupun selaku Presiden Negara Federal Republik Papua Barat (NRFPB) hasil ketetapan Kongres ke III Rakyat Bangsa Papua 19 Oktober 2011 menyatakan bahwa kita tetap merayakan secara damai dalam bentuk ibadah syukur disesuaikan dengan kondisi daerah dan keyakinan masing-masing tanpa pengibaran bendera papua Barat, Bintang Fajar” tegas Forkorus Yaboisembut.

Banyaknya isu yang beredar atau keresahan masyarakat tentang tanggal 1 Desember 2016 membuat NRFPB berinisiatif untuk meminta kepada semua pihak yang berdomisili di seluruh wilayah Papua agar tetap terus menjaga ketertiban dan keamanan di Papua Barat khususnya, sebagai bagian dari upaya dalam ikut menjaga tetap terpeliharanya keamanan dan perdamaian Dunia Internasional pada umumnya.

“Bagi komponen masyarakat Papua di luar negeri dan komunitas Internasional penduduk kemerdekaan Papua Barat juga dapat merayakan secara damai disesuaikan dengan kondisi sosial politik di negara tempat mereka berdomisili,” tuturnya.



Alex Membri kutuk pelaku pengibaran Bintang Kejora.

Raja Adat Papua, Alex Membri
Stop bicara merdeka, karena Papua sudah merdeka dalam bingkai NKRI. Lebih baik saat ini mengurusi masalah Ekonomi, Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat. “Masalah Papua sudah selesai, tidak ada merdeka, kalau ada perjuangan kemerdekaan cangkokan, maka mereka itu jelas akan dikutuk.” Demikian dikatakan Alex Membri yang merupakan Raja Adat Papua saat ditemui di kediamannya kemarin.


Sebagai Raja Adat Alex Membri menyesalkan kejadian pengibaran Bintang Kejora di Lapangan Mandala. “Anak anak itu kerja sembarang. Bintang Kejora tra boleh main-main, itu barang sakral,” ujar Alex Membri.


Bintang Kejora adalah simbol adat, tidak dapat dijadikan sebagai simbol negara/bendera. Karena tidak memiliki tidak memiliki perundang-undangan yang jelas. Penaikan Bendera Bintang Kejora di Stadion Mandala adalah penyalahgunaan lambang adat. Dan sengaja dimanfaat kan oleh Lembaga tertentu yaitu Dewan Adat dan KNPB. “Dan 1 Desember bukan merupakan hari kemerdekaan Papua.” Tambahnya lagi.


Pada kesempatan ini raja Alex Membri juga meminta agar aparat kepolisian bertindak tegas kepada orang-orang yang tidak menghormati Bintang Kejora. “Karena itu sakral. Bintang kejora itu sakral jadi kalo ada yang pakai di kaos, dipasang sembarangan pak polisi ko ambil rampas saja.” Ujarnya. Apabila di Pasang di Kaos atau di Noken, maka harus di Bakar dan dihanguskan karena menyalahi aturan adat.


Kemudian Alex Membri mengajak mengajak semua warga suku bangsa, termasuk TPN OPM untuk bergabung membangun Papua, jangan tinggal di Hutan karena itu tindakan tersesat yang merugikan diri sendiri. Semua anak bangsa mari membangun Papua dengan berlandaskan Hukum Allah.(KR)






Selasa, 22 November 2016


Pertemuan NRFPB di Manokwari Tanpa Forkorus, NRFPB Pecah

Manokwari - Selasa (22/11) pukul 20.30 WIT Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB) melakukan rapat pertemuan di rumah Gubernur NFRPB Wilayah Domberay, Markus Yenu di Jl. Serayu Sanggeng Manokwari. Kegiatan rapat tersebut untuk persiapan aksi demo yang akan dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2016 dalam peringatan 1 Desember dan hari HAM internasional serta penyampaian dukungan NRFPB kepada ULMWP pada sidang MSG di Port Vila Vanuatu tanggal 20 s.d 23 Desember 2016.


Namun dari pertemuan yang dilakukan oleh Markus Yenu tersebut tidak dihadiri oleh langsung oleh Presiden NRFPB Forkorus Yaboisembut, yang jadi pertanyaan kenapa hal tersebut bisa terjadi ? mengingat Forkorus merupakan pimpinan tertinggi dalam NRFPB.
Presiden NRFPB Forkorus Yaboisembut
Perlu diketahui sebelumnya antara Markus Yenu dengan Forkorus dikabarkan telah berselisih pendapat, dan NRFPB saat ini dinilai oleh sebagian kalangan masyarakat sedang terpecah belah. Hal tersebut terbukti dengan adanya surat yang ditulis oleh Forkorus yang diserahkan kepada Kepala Kepolisian Negara Federal, Elias Ayakeding yang isinya, Forkorus mengatakan bahwa apa yang dilakukan ULMWP tak sejalan dengan upaya yang dilakukan. Forkorus pun akhirnya menegaskan untuk masing-masing pihak berjalan sendiri-sendiri. Selama ini, upaya untuk bisa masuk ke dalam MSG itu dimediasi oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB).


Sementara itu, Markus Yenu akan berangkat ke Jayapura pada tanggal 13 Desember 2016 dan berkumpul dengan delegasi yang lain untuk berangkat ke Vanuatu. Delegasi tersebut terdiri dari Viktor Yeimo, Beny Wenda, Markus Yenu dan pejabat lainnya dan akan di pimpin oleh Perdana Menteri NRFPB Edison Waromi.
Gubernur NFRPB Wilayah Domberay Markus Yenu
Dikabarkan, dana perjalanan tersebut akan dikumpulkan dari simpatisan KNPB yang beberapa waktu lalu juga sempat terjadi kericuhan diantara anggota KNPB mengenai dana KNPB yang dinilai oleh para angotanya bahwa dana tersebut hanya digunakan untuk berfoya-foya.


Dan selain itu, mereka juga akan melakukan penarikan dana kepada kepala - kepala kampung di wilayah Sidey,  Masni, Kaeroni, tanah rubuh,  Ransiki dan Pegaf. Besaran penarikan kampung adalah sebesar Rp. 500 ribu perkampung dan akan di tarik oleh simpatisan atas nama Wongor (Simpatisan dari Kp. Testega). Seluruh dana yang terkumpul akan di serahkan kepada bendahara NRFPB Ibu Mamori. Ibu Mamori merupakan pengganti bendahara yang lama yang telah tertembak oleh aparat pada kerusuhan Sanggeng yaitu Onisimus Ramayom.


Dalam pertemuan di kediamannya Markus Yenu juga di hadiri oleh:

1. Gubernur NFRPB wilayah Domberay Markus Yenu.

2. Sekretaris NRFPB Alfred Auparay.

3. LSM Gempar  (Gerakan Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat)

4. Staf Intelijen Mac. Gepse.

5. Komunitas Awepa (Anak anak West Papua).

5. Simpatisan NRFPB 40 orang. (Red.AK)


Senin, 21 November 2016


Setelah Ketua KNPB, Presiden GIDI ikut tarik Dana Sumbangan Fiktif dari Jemaat Gereja


Presiden GIDI Pdt Dorman Wandikbo S.Th telah meminta tiap klasis di Papua untuk mengumpulkan uang sebesar seratus ribu rupiah kepada tiap kepala keluarga. Dalam wawancara kepada beberapa Jemaat Gereja GIDI di berbagai wilayah Jayapura dan Lanny Jaya, diperoleh informasi bahwa kegiatan itu sudah berlangsung dan uang yang terkumpul akan diserahkan kepada Victor Yeimo Ketua KNPB Pusat.



KNPB yang diwakili langsung oleh Ketua KNPB Pusat Viktor Yeimo telah melakukan pertemuan dengan Dorman Wandikbo Presiden GIDI. Dalam pertemuan itu dihasilkan kesepakatan bahwa dirinya akan mendukung Victor Yeimo dan Benny Wenda dalam upaya melepaskan Papua dari NKRI.



Terkait pertemuan yang telah dilaksanakan oleh KNPB dan Presiden GIDI tersebut, Presiden GIDI sudah meminta tiap klasis di Papua untuk meminta dan mengumpulkan uang sebesar seratus ribu rupiah kepada tiap kepala keluarga. Uang  tersebut akan diserahkan kepada ketua umum KNPB Victor Yeimo untuk dibagi dalam dua kegiatan yaitu untuk mendukung diplomasi Benny Wenda beserta rekan-rekannya di luar negeri dan untuk membantu persiapan aksi tanggal 1 Desember 2016 mendatang.

Presiden GIDI Pdt Dorman Wandikbo S.Th

Hal tersebut terasa aneh dan mencurigakan, karena tidak ada hubungannya dan keterkaitannya antara jemaat Gereja yang ingin beribadah dengan rencana busuk KNPB. kegiatan agama yaitu beribadah kepada Tuhan tidak semestinya dicampur adukkan dengan kegiatan-kegiatan politik yang hanya mengutamakan kepentingan duniawi. Ini merupakan salah satu penyimpangan dan penghinaan terhadap agama Tuhan. Padahal sebelumnya telah diketahui bahwa adanya ketidakjelasan terhadap pengaturan keuangan di KNPB.


Pada tanggal 18 November 2016 lalu KNPB menggelar rapat di Sekretariat KNPB di Jayawijaya. Menariknya, rapat pertemuan yang dihadiri oleh Ketua KNPB Pusat Victor Yeimo dan Ketua Tim Pembenahan dari KNPB Pusat, Rendy Itlay itu memerintahkan dan mewajibkan beberapa anggotanya untuk memberikan sumbangan uang sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per-orang. Seketika itu beberapa anggota KNPB yang tidak setuju dan tidak terima dengan perintah tersebut langsung berontak dan membuat ricuh dalam pertemuan tersebut.


Para anggota KNPB tidak terima dengan permintaan dana tersebut, kenapa harus meminta dana lagi kepada para anggota. Selain itu mereka juga mempertanyakan, kemana hasil uang kas yang selama ini dihimpun pada tiap pertemuan.


Tidak hanya itu, beberapa anggota yang hadir juga ikut mencurigai Ketuanya. Kecurigaan itu muncul seiring banyak bukti yang membeberkan bahwa Ketua Pusat KNPB Victor Yeimo sering berfoya-foya, mabuk-mabukan dan bermain Perempuan di sebuah kafe Bar. Tuduhan tersebut semakin kuat karena beberapa waktu lalu si Victor sering jalan-jalan keluar negeri dengan alasan memperjuangkan kemerdekaan Papua, padahal dia berfoya-foya di luar negeri.  

Victor Yeimo jalan-jalan di luar negeri

Tidak hanya Victor Yeimo, tetapi Benny Wenda juga melakukan hal yang sama. Benny Wenda pernah ditangkap dan dipenjara atas kesalahannya merencanakan penyerangan sebuah kantor polisi dan membakar dua toko dalam kerusuhan tahun 2000. Saat ini Benny dalam pengasingan dan pelariannya meminta suaka ke Inggris dan menjadi warga negara Inggris. Hingga saat ini dia selalu berada di sana dan tidak pernah kembali ke indonesia. Dengan alasan mengkampanyekan kemerdekaan Papua di London, dia berfoya-foya dan menghabiskan uang yang telah dikumpulkan oleh banyak orang di Papua.

Benny Wenda jalan-jalan di luar negeri

Sudah cukup rakyat Papua ditipu dengan omong kosong kemerdekaan Papua yang tidak akan terjadi. Jangan pula ditambahkan lagi dengan kebohongan dengan menggunakan topeng agama. Karena sesungguhnya Papua sudah merdeka sejak dulu dalam bingkai NKRI. Sungguh sangat nista dan tercelanya mereka yang menggunakan cara-cara picik dan licik dengan menjadikan agama sebagai tameng dan corong kepentingan pribadi mereka. (KR)